Radja Fajrul Ghufron
Apakah Anda termasuk orang yang sedari lahir telah beragama Islam? Jika benar, maka Anda harus banyak bersyukur atas anugerah hidayah yang selama ini Anda genggam. Dan Anda harus berusaha untuk menggenggam hidayah Islam tersebut sekuat tenaga, karena porsi godaan syahwat dan syubhat di era globalisasi modern ini lebih dahsyat dibandingkan porsi untuk belajar, mengaji, dan beramal shaleh. Dahsyatnya arus godaan itu dapat menggerus agama seorang muslim setahap demi setahap.
Tak perlu panjang lebar menjelaskan pentingnya hidayah Islam dalam hidup manusia, karena Allah pun telah menegaskan dalam firman-Nya surah Ali Imran ayat ke-19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam,...”
Mungkin di luar sana, banyak yang mengklaim bahwa agama merekalah yang benar. Tetapi, berdasarkan wahyu dari Rabb semesta alam, agama Islamlah yang paling benar dan merupakan jalan yang mesti ditempuh seseorang yang ingin selamat dari kehidupan setelah kematian.
Ada satu firman Allah Ta’ala yang patut kita renungkan dan tadaburi bersama. Firman tersebut terdapat dalam surah Al-Ma’idah ayat ke-3:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖوَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Q.S Al-Ma’idah: 3)
Ketika Ibnu ‘Abbas membaca ayat tersebut, beliau berkata, “Orang Yahudi mengatakan, “Seandainya ayat ini turun di tengah-tengah kami, niscaya kami akan merayakan hari turunnya ayat tersebut sebagai Id (hari besar atau hari raya).”
Ibnu ‘Abbas berkata bahwa ayat ini turun saat bertemunya dua hari raya, yaitu hari raya Id (haji akbar) dan hari Jum’at. (Hal ini disebutkan pula oleh Ibnu Jarir Ath-Thobari dalam kitab tafsirnya).
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita petik dari ayat tadi, yaitu:
1. Ajaran Islam telah sempurna sehingga kita tidak butuh agama dan nabi yang lain.
Saat Nabi Shallallahu ‘alaihi waSallam wukuf di Arafah ketika Haji Wada’, turunlah ayat tadi. Inilah ayat dari Al-Qur’an yang diturunkan terakhir, karena beberapa waktu setelah ayat tersebut turun, Nabi Shallallahu ‘alaihi waSallam meninggal dunia, yaitu setelah beliau kembali ke Madinah selepas pulang dari Haji. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Rasul Shallallahu ‘alaihi waSallam meninggal dunia, sudah sempurnalah Islam. (Syarh Fadhlil Islam, Syaikh Sholih Al-Fauzan, halaman 9).
Seorang ahli tafsir terkemuka Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Inilah nikmat Allah ‘azza wajalla yang terbesar bagi umat ini, di mana Allah telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam haramkan.”
2. Tidak perlu ada penambahan dan pengurangan dalam ibadah, alias kita dilarang berbuat bid’ah (amalan yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Allah telah menyempurnakan Islam, sehingga mereka (umat Islam) tidak perlu lagi menambah ajaran Rasul selamanya dan Allah pun telah membuat ajaran Islam itu sempurna, sehingga jangan sampai dikurangi selamanya. Jika Allah telah Ridha, maka janganlah ada yang murka dengan ajaran Islam selamanya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thobari dalam kitab tafsirnya).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. (HR. Bukhari No. 20 dan Muslim No. 1718).
3. Ayat yang sedang kita bahas ini adalah sanggahan untuk orang yang mendiskreditkan Islam dengan mengatakan bahwa Islam tidak cocok untuk setiap zaman dan setiap tempat.
Sanggahan ini untuk orang yang mengatakan bahwa Islam itu benar-benar kuno dan tidak cocok lagi untuk zaman saat ini. Jika dikatakan dalam ayat bahwa Islam telah sempurna berarti Islam itu cocok untuk setiap zaman dan tempat.
Jika sebagian orang dangkal dalam memahami Islam, maka yang keliru bukan Islamnya tetapi karena kejahilan dan kedangkalan pikirannya. Jadi Islam itu sempurna dan berlaku untuk setiap zaman bagi para hamba hingga datangnya hari kiamat. (Syarh Fadhlil Islam, halaman 10).
4. Memeluk Islam adalah nikmat yang amat besar, yang patut disyukuri bagi setiap pemeluknya.
Jika dikatakan dalam ayat bahwa Allah telah mencukupkan nikmat-Nya, maka hal ini menunjukkan Islam adalah nikmat yang paling besar bari seorang hamba. Siapa yang menerima nikmat ini, itulah mereka yang bisa mengambil manfaat, dan sebaliknya, siapa yang menolaknya, merekalah yang berdosa dan akan mendapatkan dhoror (bahaya). (Syarh Fadhlil Islam, halaman 10)
5. Allah hanya meridai Islam, bukan agama lainnya! Hal ini ditegaskan kembali lewat firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Imran ayat ke-85: وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S Al-Imran: 35)
6. Ayat yang sedang kita bahasa ini adalah bantahan telak untuk menyatakan semua agama itu sama. Ada yang mengklaim bahwa Nasrani, Yahudi, dan Islam semuanya agama yang benar dan dapat mengantarkan pada Allah karena sama-sama agama samawi yang turun dari langit. Ini jelas pemahaman keliru dan dusta, karena tidak ada lagi agama yang benar setelah datangnya agama Islam. Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikut agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana disebut dalam ayat lainnya, yang artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi(mu) dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Imran: 31) Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.” (Q.S Al-Imran: 32)
Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk Istiqamah dalam Islam hingga ajal menjemput. Aaamiin
I m a junior developer.