Muhammad Nazar
Fenomena perbuatan syirik yang bertebaran didunia Islam merupakan sebab utama terjadinya musibah yang menimpa umat Islam. Di samping itu terdapat sebab-sebab lain, seperti fitnah, kegoncangan dan peperangan, serta berbagai siksa lain yang ditimpakan Allah atas kaum muslimin. Hal ini terjadi karena mereka berpaling dari tauhid, antara lain dengan munculnya syirik dalam akidah dan perilaku mereka.
Bukti jelas dari hal itu adalah apa yang kita saksikan di sebagian negara-negara Islam, terutama di Indonesia. Berbagai fenomena kemusyrikan justru dianggap sebagai bagian dari ajaran Islam, karena itu mereka tidak mengingkari atau menolaknya. Padahal Islam datang untuk meluruskan berbagai kemusyrikan atau berbagai fenomena yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan syirik.
Telah kita ketahui bahwasanya syirik itu merupakan suatu penurunan martabat yang merusak fitrah manusia dan merupakan penyakit hati. Selayaknya kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mengetahui penyebabnya agar bisa mengobatinya.
Pada asalnya tubuh manusia itu sehat dan utuh, tetapi bisa tertimpa penyakit apabila ia tidak berusaha menjaga kesehatannya. Apabila tidak berusaha menyembuhkannya, penyakit tersebut akan menetap pada tubuhnya dan semakin parah.
Dalam Islam, syirik dibagi menjadi dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil). Syirik akbar sangat berbahaya, karena dapat membuat seseorang yang melakukannya keluar dari agama Islam. Berbeda dengan syirik akbar, syirik asghar tidak menyebabkan keluar dari Islam, namun bisa menjadi penyebab untuk melakukan syirik akbar.
Kata syirik sendiri berasal dari kata syarikah, yang berarti persekutuan. Karena itu, syirik bermakna mempersekutukan atau membuat tandingan selain Allah, baik dalam ajaran ataupun dalam hukum. Syirik termasuk perbuatan yang bertentangan dengan akidah maupun prinsip tauhid seseorang. Orang-orang yang berbuat syirik disebut musyrik.
Kemusyrikan bisa dilakukan secara personal ataupun berkelompok. Contoh syirik personal: meyakini terhadap suatu benda bisa memberikan manfaat dan mendatangkan madorot yang terjadi pada dirinya, seperti jimat, genta, batu akik, disertai keyakinan akan hal tersebut. Syirik banyak terjadi secara individu atau kelompok karena faktor lingkungan, rasa keingintahuan dan penasaran, kemudian menjadi kebiasaan.
Banyak contoh kesyirikan yang masih terjadi hingga kini, baik secara fisik maupun metafisik. Contoh fisik: menyembah patung, mengunjungi tempat keramat maupun kuburan, serta menyimpan peninggalan barang-barang kuno. Contoh metafisik: mempercayai kemampuan ilmu ghaib, memanggil makhluk halus, meyakini kemampuan dan kekuatan diri, serta bersekutu dengan setan dan jin. Hal-hal tersebut berdampak buruk dan dapat mengeluarkan seseorang dari keislaman dan juga keimanan, karena meyakini ada yang mempunyai kekuatan selain dari Allah.
Ada berbagai jenis perbuatan syirik akbar. Syirik dalam berdoa, yakni meyakini ada yang bisa mengabulkan doanya selain Allah [lihat QS Fatir ayat 13]. Syirik terhadap sifat Allah: meyakini ramalan-ramalan yang bisa melihat masa depan. Syirik dalam kecintaan: mencintai selain Allah secara berlebihan. Syirik dalam ketaatan: takut kepada makhluk melebihi taat kepada Allah. Lalu syirik dalam ketakutan: takut kepada manusia melebihi takutnya kepada Allah.
Perbuatan syirik ashgar meliputi syirik dzohir dan syirik khafi. Conton syirik dzohir (nyata): jimat, kalung, genta barang tersebut digunakan sebagai penangkal bahaya atau penyakit. Contoh syirik khafi (tersembunyi): riya dalam beramal.
Tradisi-tradisi perbuatan syirik tersebut masih dan terus terjadi, dan lebih disebabkan oleh faktor yang tidak berusaha ditinggalkan, seperti yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Misalnya, melaksanakan ritual sesajen yang dipersembahkan untuk mahkluk ghoib dengan berendam di sumur keramat, ritual sedekah pantai dibarengi dengan mempersembahkan kepala kambing atau sapi, dan sejenisnya. Ada juga yang melakukan hal tersebut pada saat melakukan panen raya. Dalam pandangan Islam, hal-hal tersebut sudah jelas hukum kemusyrikannya. Menjadi persoalan ketika syirik lebih dikemas dengan sebutan istilah adat istiadat dan warisan nenek moyang.
Dalam Q.S Luqman ayat 21 Allah berfirman: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, (Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?
Indit tunduh teu indit butuh